Translate

Kamis, 25 April 2013

MENGHENTIKAN HEGEMONI AMERIKA SERIKAT

Kekesalan masyarakat dunia sepertinya semakin memuncak. Keberpihakan Amerika Serikat (AS) secara terang-terangan terhadap aksi brutal Israel di Gaza semakin membuka mata dunia, AS memang telah gelap mata untuk mendukung Israel dengan membabi buta. Obama, sang presiden baru yang awalnya memberikan harapan besar, ternyata menunjukkan belangnya. Ia adalah pendukung berat Israel. Hal ini memang tidak terlepas dari kenyataan, bahwa setiap presiden AS, siapa pun, selalu menjadi pembela Israel. Inilah yang menunjukkan kejumawaan Amerika. Pasca keruntuhan Uni Sovyet, Amerika seperti tidak ada tanding. Peta politik dunia bergeser ke unipolaritas. Kedigdayaan Amerika jelas bukan untuk kemuliaan umat manusia, namun demi memenuhi keserakahan nafsu imperialismenya. Pertanyaannya, sampai kapan Amerika berjaya? Bisakah Amerika dihancurkan? Pilar kekuatan Amerika berasal dari ideologi yang diembannya, yakni ideologi Kapitalisme. Perwujudan ideologi tampak dalam kepentingan nasional Amerika yang diimplementasikan dalam pilar politik, ekonomi dan militer—walaupun aspek sosial-budaya juga tidak bisa diabaikan.


Politik Amerika
Politik Amerika Serikat tentu berpijak pada kepentingan nasionalnya. Anthony Lake menggariskan tujuh aspek kepentingan nasional Amerika Serikat pasca Perang Dingin, yaitu: (1) mempertahankan Amerika Serikat, warga negaranya di dalam dan luar negeri, serta para sekutunya, dari berbagai bentuk serangan langsung; (2) mencegah timbulnya agresi yang dapat mengganggu perdamaian internasional; (3) mempertahankan kepentingan ekonomi Amerika Serikat; (4) menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi; (5) mencegah proliferasi senjata nuklir; (6) menjaga rasa percaya dunia internasional terhadap Amerika Serikat; (7) memerangi kemiskinanan, kelaparan dan pelanggaran terhadap HAM (Lake, 1995).

Ekonomi Amerika
Amerika Serikat sebagai sebuah negara kapitalis yang maju mendasarkan sistem kapitalisnya pada market economy (ekonomi pasar). Politik-ekonomi Amerika dibangun berdasarkan premis, bahwa tujuan utama aktivitas ekonomi adalah untuk menguntungkan konsumen serta memaksimalkan penciptaan kesejahteraan, sementara distribusi kesejahteraan merupakan tujuan berikutnya. Karena itu, ekonomi Amerika menggunakan pendekatan model neoklasik, yaitu ekonomi pasar (market economy) yang kompetitif. Dengan model ini, individu diharapkan dapat memaksimalkan kepentingan pribadi mereka dalam mencapai kesejahteraan, dengan memaksimalkan kepentingan pribadi mereka, dan korporasi bisnis diharapkan memaksimalkan pencapaian keuntungan (Gilpin, 1987: 150-151). Ekonomi Amerika Serikat ialah salah satu yang terpenting di dunia. Banyak negara telah menjadikan dolar Amerika Serikat sebagai tolok ukur mata uangnya. Artinya, berharga-tidaknya mata uang mereka ditentukan oleh dolar. Sejumlah negara menggunakan dolar sebagai mata uangnya. Bursa saham Amerika Serikat dipandang sebagai indikator ekonomi dunia. Dengan perekonomian yang kuat, Amerika Serikat mengalokasikan dana sebesar $399.1 miliar untuk anggaran militernya. (www.abacci.com/wikipedia/default/aspx).

Militer Amerika
Postur militer Amerika Serikat menggambarkan sebuah negara ideologis. Dalam U.S. Army’s 2007 Posture Statement digambarkan bahwa Amerika memiliki hampir 600,000 tentara aktif A. Lebih dari 40% (sekitar 243,000) tersebar di 76 negara dunia. Sekitar 102.000 tentara di antaranya ada di Irak, 8000 tentara di Kuwait, 18.000 tentara di Afganistan (U.S. Army TRADOC G2 Handbook No. 1 (Version 5.0) A Military Guide to Terrorism in the Twenty-First Century). Dari segi peralatan perang, Amerika Serikat sampai tahun 2005 memiliki kurang lebih 510 rudal balistik dengan total sekitar 1100 hulu ledak aktif (warhead) dan 45 hulu ledak cadangan; dengan jarak jangkauan antara 9,600 km hingga 13,000 km. Amerika Serikat juga memiliki kurang lebih 328 rudal balistik yang dapat diluncurkan dari kapal selam atau kapal perang dengan total sekitar 3014 hulu ledak aktif (warhead) dan 170 hulu ledak cadangan dengan jarak jangkau 7,400 km hingga 12,000 km (dari posisi kapal selam/kapal perang) yang menggusung rudal tersebut. Selain itu, menurut laporan tahun 2003, Amerika Serikat merupakan negeri penjual utama persenjataan (US$ 12,1 miliar) di tingkat internasional, disusul Inggris (US$ 6,1 miliar), Rusia (US$ 3,7 miliar), Jerman (US$ 3,2 miliar) dan Prancis (US$ 2,9 miliar). (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/28 /opini/1777489.htm).

Hegemoni Amerika
Amerika akan tegak sebagai sebuah negara kalau tiga pilar di atas (politik, ekonomi dan militer) masih kokoh. Selama dunia masih menginduk kepada Amerika dalam tiga pilar tersebut, negara Amerika masih tetap kokoh. Tidak ada jalan lain untuk menghentikan hegermoni AS, kecuali dengan menolak dan tidak menerapkan sistem ideologi Kapitalisme. Hal penting pertama adalah bagaimana mengungkap keburukan dari Amerika Serikat. Sebenarnya sudah sangat kentara, bahwa Amerika Serikat saat ini telah menunjukkan kebobrokannya. Keberpihakan tanpa alasan rasional terhadap Israel, standar ganda dalam penilaian HAM dan demokratisasi, eksploitasi ekonomi atas negara-negara Dunia Ketiga, kebobrokan moral warganya dan masih banyak lagi cacat dari Amerika Serikat semestinya cukup menjadi alasan untuk mencampakkan apa yang selama ini dianggap prestasi oleh Amerika. Sebagai contoh, akibat Perang Teluk tahun 1991 saja, di Irak korban langsung yang meninggal diperkirakan berjumlah antara 100-120 ribu jiwa, termasuk 3500-12000 korban sipil. Korban tak langsungnya, yang meninggal karena penyakit yang diakibatkan perang, diperkirakan mencapai 100 ribu. Belum lagi angka kematian bayi pasca perang (1991-1994) yang meningkat 600 persen dan angka kelahiran bayi di bawah normal yang meningkat 500 persen. Bahkan menurut catatan resmi statistik pemerintah Irak, sebanyak kira-kira 1,6 juta rakyat Irak telah meninggal dunia akibat embargo ekonomi pimpinan Amerika Serikat yang telah berlangsung 11 tahun (Eramuslim.com).

Membangun Negara Baru: Khilafah Islam
Amerika Serikat memang mungkin akan runtuh dengan sendirinya dengan kebobrokan ideologi Kapitalisme yang dianutnya. Uni Sovyet telah menjadi contoh bagaimana sebuah negara ideologis yang besar bisa luluh-lantak tak bersisa. Namun keruntuhan Uni Sovyet juga tidak terlepas dari berkembangnya ideologi alternatif di sana. Ketika Michael Gorbachev mengusung Glasnot, Perestroika dan Democratizatie, ideologi negara mendapatkan tandingannya secara internal. Akhirnya, Komunisme tergerogoti dan ambruk setelah loyalitas rakyat dan militer beralih. Model seperti ini pun mungkin dapat dilakukan untuk meruntuhkan Amerika Serikat. Amerika bisa runtuh secara internal seperti runtuhnya Uni Sovyet atau bisa dihancurkan oleh kekuatan eksternal, seperti hancurnya kekuasaan Romawi dan Persia pada masa lampau. Untuk itu, ada beberapa langkah yang harus dilakukan umat Islam saat ini.
Pertama: Perlu ditanamkan kesadaran ideologis di kalangan umat Islam. Artinya, umat Islam perlu melakukan semacam “revisi” terhadap akidah yang dipeluknya. Sebab, selama ini mereka hanya memahami akidah Islam sebatas sebagai keyakinan spiritual semata, dan tidak sekaligus menjadikannya sebagai akidah politik. Akibatnya, mereka hanya responsif terhadap persoalan-persoalan ritual semata, dan bergeming terhadap persoalan-persoalan politik, ekonomi, sosial dan sejenisnya yang mendera umat. Pada gilirannya, mereka menjadi tidak sadar dengan berbagai manuver politik maupun ekonomi yang dilakukan negara-negara besar seperti Amerika Serikat yang justru setiap waktu mengancam eksistensi mereka.
Kedua: Melepaskan ketergantungan secara ekonomi, politik dan militer terhadap Amerika Serikat.
Ketiga: Menggalang rasa marah dan kebencian kaum Muslim terhadap Amerika Serikat dan aliansi negara-negara kafir. Amerika Serikat mesti dipandang sebagai musuh umat Islam karena telah menjajah negeri-negeri Islam. Amerika Serikat harus dituntut untuk bertanggung jawab atas berbagai penderitaan yang dialami oleh kaum Muslim di berbagai negeri Islam akibat imperialismenya yang sangat menjijikkan dan busuk.
Keempat: Memaksa umat Islam di berbagai negeri untuk menanggalkan ikatan-ikatan nasionalisme, patriotisme, primordialisme, sektarianisme dan kedaerahan; menempatkan kembali ikatan ukhuwah islamiyah pada tempatnya; menyadarkan kaum Muslim akan potensi/kekuatan mereka sebagai kekuatan yang bisa mengikat mereka; menyadarkan mereka bahwa salah satu sebab utama kelemahan mereka adalah karena mereka tidak terikat dengan Islam.
Kelima: Menjelaskan hakikat persoalan-persoalan hangat kaum Muslim seperti kasus Palestina, Kosovo, Irak, Sudan, Aljazair, Afganistan, Tajikistan, Chechnya, Azerbaijan, Filipina, Indonesia, Malaysia, negeri-negeri Arab lain, dll. Semua itu dijelaskan fakta-faktanya dan solusi penyelesaiannya sesuai dengan hukum-hukum syariah.
Keenam: Pengembangan opini umum tentang urgennya keberadaan Khilafah Islamiyah sebagai institusi yang akan melindungi dan mengayomi seluruh kaum Muslim. Dengan itu, umat Islam akan merasa berkepentingan untuk bersama-sama mewujudkannya dalam realitas kehidupan mereka. Sebab, hanya intitusi Khilafah Islamiyahlah—sebagaimana telah dibuktikan berabad-abad—yang mampu melindungi dan mengayomi umat Islam dari serangan dan intimidasi negara-negara kafir.
Potensi Umat Islam
Untuk dapat mengalahkan Amerika Serikat, negara yang telah berdiri haruslah menjadi negara yang dapat menandingi Amerika Serikat. Karena Amerika Serikat adalah negara ideologis, maka Amerika hanya bisa dikalahkan oleh negara ideologis. Tentu bukan negara yang berbasiskan ideologi Sosialisme. Sebab, walau pernah ‘menandingi’ Amerika Serikat, pengemban utama Sosialisme, yakni Uni Sovyet, akhirnya runtuh juga. Karena itu, yang bisa diharapkan muncul sebagai kekuatan untuk mengalahkan Amerika Serikat adalah Dunia Islam. Pasalnya, hanya Dunia Islamlah saat ini yang memiliki seluruh potensi untuk menghentikan hegemoni Amerika Serika.
Pertama: Potensi ideologis. Islam sebagai ideologi kaum Muslim menjadi potensi kuat untuk menandingi ideologi Kapitalisme yang diemban Amerika Serikat. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh Samuel Huntington dalam bukunya, The Clash of Civilitation and the Remaking of World Order. Dalam bukunya itu, Huntington menulis, “Problem mendasar bagi Barat bukanlah Fundamentalisme Islam, tetapi Islam sebagai sebuah peradaban yang penduduknya meyakini ketinggian kebudayaan mereka dan dihantui oleh rendahnya kekuataan mereka.”
Kedua: Potensi geografis. Kaum Muslim secara geografis menempati posisi yang strategis jalur laut dunia. Mereka mengendalikan Selat Gibraltar di Mediterania Barat, Terusan Suez di Mediterania Timur, Selat Bab al-Mandab yang memiliki teluk-teluk kecil di Laut Merah, Selat Dardanella dan Bosphorus yang menghubungkan jalur laut Hitam ke Mediterania, serta Selat Hormuz di Teluk. Selat Malaka merupakan lokasi strategis di Timur Jauh. Dengan menempati posisi yang strategis ini, kebutuhan masyarakat internasional akan wilayah kaum Muslim pastilah tinggi mengingat mereka harus melewati jalur laut strategis tersebut.
Ketiga: Potensi SDA. Negeri-negeri Islam dianugerahi Allah Swt. Dengan kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa jumlahnya. Negeri-negeri Islam dikenal sebagai wilayah yang subur. Sumberdaya alam kedua yang penting adalah bahan mentah. Dunia Islam mengendalikan cadangan minyak dunia (60%), boron (40%), fosfat (50%), perlite (60%), strontium (27%), dan timah (22%). Di antara bahan mentah tersebut, minyak memiliki posisi yang sangat strategis. Kekuatan minyak ini pernah ditunjukkan oleh negeri-negeri Arab dalam embargo minyak tahun 1973-1974 terhadap negara-negara Barat. Embargo tersebut mampu menimbulkan keguncangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa saat itu.
Keempat: Potensi jumlah penduduk. Kalaulah umat Islam bersatu di seluruh dunia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah, jumlah penduduknya tentu sangat luar biasa. Saat Dunia Islam masih “tidur” saja jumlah penduduknya lebih kurang 1 miliar atau 20% dari populasi dunia.
Kelima: Potensi militer. Harus diakui bahwa saat ini industri militer Dunia Islam dalam keadaan mundur bahkan mengalami ketergantungan terhadap musuh-musuhnya. Akan tetapi, secara kuantitas jumlah pasukan militer di Dunia Islam sangat besar. Seandainya, dari satu miliar penduduk Dunia Islam direkrut 1 %-nya saja akan didapat 10 juta tentara. Karena itu, dapat dibayangkan jika mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negara, apalagi negara yang bersifat internasional seperti Daulah Khilafah Islamiyah. Itulah beberapa potensi besar yang dimiliki oleh umat Islam saat ini. Dengan potensi ideologis dan faktor-faktor penunjang tersebut, umat Islam berpeluang kembali untuk menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar dan dahsyat, yang akan mampu mengimbangi, bahkan menghancurkan hegemoni Amerika Serikat saat ini. Hal itu hanya mungkin terjadi jika kaum Muslim berada dalam satu institusi yang menjadi naungannya, yakni Daulah Khilafah Islamiyah.

Khilafahlah yang Akan Menghentikan Hegemoni Amerika
Sebagai negara ideologis, Khilafah Islam akan menjadi negara yang propagandis dan progresif menawarkan ideologinya ke seluruh dunia. Islam sebagai rahmatan lil ’alamin akan menjadikan Negara Islam menjadi negara dakwah. Jihad akan menjadi pilihan jika tawaran simpatik Khilafah Islam ditolak dengan gelap mata. Tentu jihad akan dilancarkan dengan akan berpijak pada ketentuan syariah Islam yang mulia, sebagaimana dulu dicontohkan oleh para Sahabat dan para Tokoh Islam, seperti Salahuddin al-Ayubi dan Muhammad al-Fatih. Dengan penerapan Islam oleh Khilafah, keadilan di tengah-tengah manusia akan terasa nyata, bukan utopia lagi seperti saat ini. Jika Khilafah telah mengumumkan jihad fi sabilillah dan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh dunia maka ide-ide dan hukum-hukum Islam akan dapat tersebar luas di segala penjuru dunia. Ide-ide Islam pun akan memenuhi benak para pemikir dan intelektual. Kemudian, jika Khilafah telah menjalankan kewajiban jihadnya itu, seluruh media massa dunia akan meliput dan menyiarkannya secara luas dan menyedot perhatian umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

: