Translate

Kamis, 12 Desember 2013

KEGANJILAN PENYERANGAN WTC




PENTAGON

Di mulai dengan fakta penyerangan Pentagon, pusat militer AS. Menurut versi resmi pemerintah, Pentagon ditabrak oleh pesawat penumpang Boeing 757 yang dibajak oleh teroris. Namun anehnya jika memang demikian faktanya, mengapa kerusakan yang timbul tidak sedemikian parah. Bagaimana mungkin burung besi sepanjang 124 kaki dan selebar 44 kaki itu hanya mampu menciptakan lubang berdiamater 16 kaki pada pesawat yang ditabrakkan ke tanah?
Untuk memperkuat berita penyerangan itu, warga Amerika dan dunia disuguhi foto tentang sebuah objek kecil yang digadang-gadang sebagai serpihan pesawat Boeing 757. Namun gambar sebuah kipas pesawat yang diabadikan oleh Jocelyn Augustino, fotografer FEMA memunculkan kecurigaan, pasalnya kipas mesin 757 yang asli sangat berbeda dengan yang ada di foto tersebut.
Demikian dikatakan John W. Brown, jurubicara Rolls Royce. Lho kenapa perusahaan otomotif ikutan berkomentar tentang insiden penyerangan yang dilakukan teroris kelas tinggi ini? Pasalnya setelah diusut-usut, ternyata Pratt Whitney dan Rolls Royce menjalin kerjasama untuk memproduksi mesin yang dipakai si burung besi ini. Kipas mesin yang asli berdiamater 7 kaki, sementara foto FEMA menunjukkan kipas singel yang hanya berdiameter 3 kaki.
Dengarkan pula Tom Seibert yang bersikeras bahwa dirinya yakin suara yang didengarnya adalah suara missil. Meski bukti-bukti ini cukup untuk mempertanyakan keabsahan pernyataan bahwa Pentagon ditabrak sebuah pesawat, namun para pejabat militer AS tetap mempertahankan apa yang telah diumumkannya.
Entah mana yang benar, tapi marilah kita berpikir dengan logika sederhana. Jika benar ada Boeing 757 yang berisi ribuan liter avtur (bahan bakar pesawat) ditabrakan ke sebuah bangunan, maka ’seharusnya’ di sekitar lokasi tabrakan pesawat di gedung Pentagon mengalami kebakakaran hebat dengan suhu mencapai 3.000 derajat celcius.
Lucunya lagi, foto yang mempertunjukkan keanehan ini dirilis resmi oleh Pentagon sendiri. Lalu pada foto lain yang diambil dari kamera keamanan, terlihat gedung tersebut meledak dengan dahsyat, namun anehnya … dalam foto tersebut tidak ditemui pesawat yang menabrak gedung. Ini sangat tidak masuk akal.
Enam bulan kemudian sesudah penyerangan, orang Amerika mulai pulih dari keterkejutannya dan menyadari adanya keanehan. Pentagon segera saja menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan merilis foto-foto yang diambil dari peristiwa ‘bunuh diri’ Boeing 757 itu. Bukannya puas, foto-foto itu justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.
Seperti misalnya, mengapa semua foto itu bertanggal 12 September 2001 pukul 5:37 PM (lebih satu hari dan delapan jam dari peristiwa yang sesungguhnya). Kedua, meski tahu bahwa gambar-gambar itu memiliki resolusi yang sangat rendah, para ofisial Pentagon tidak memperkenankan diadakan analisa lebih lanjut pada foto tersebut.
Kamera pengawas di sebuah pos bensin di seberang I-135, kamera pengawas di atap Hilton International Hotel dan sebuah kamera pengawas di Departemen Transportasi Virginia seharusnya juga merekam adegan penabrakan bangunan pemerintah di Interstate 135 itu. Namun sayangnya tak lama setelah kejadian, para agen federal keburu muncul untuk mengambil rekaman dari ketiga kamera pengawas itu. Hingga kini isi ketiga rekaman video itu tak pernah muncul ke masyarakat.

WORLD TRADE CENTER

Kejanggalan pun muncul dari peristiwa penyerangan menara kembar WTC, Marc Bernback, staf Fox News yang menayangkan langsung adegan ini mengatakan bahwa pesawat yang menyerang Tower Selatan itu tidak memiliki jendela. Berdasarkan keterangan ini, diperoleh kesimpulan bahwa si penyerang bukan pesawat penumpang, melainkan sebuah pesawat kargo.
Marc menggambarkan pesawat itu berwarna biru dengan logo bulat di depan pesawat. “Sepertinya pesawat itu bukan berasal dari bandara umum,” tambahnya sambil berspekulasi bahwa pesawat itu mungkin berasal dari bandara militer.
Fox News, CNN, MSNBC dan jaringan berita lainnya merekam penuturan para saksi yang mengatakan mereka mendengar bunyi ledakan lain di sekitar World Trade Center Setelah kedua pesawat pembajak itu menabrak target masing-masing. Para saksi mata yang terdiri dari anggota polisi, petugas pemadam kebakaran, reporter dan para pelaku bisnis yang ada di sekitar lokasi.
Posisi mereka saat kejadian memungkinkan mereka dapat mengetahui secara jelas tentang apa yang tengah terjadi. Bahkan untuk meyakinkan diri, mereka saling bertanya satu sama lain apakah itu suara gedung runtuh ataukan suara ledakan. Keesokan harinya saat kembali ke lokasi peristiwa, orang-orang mulai yakin bahwa apa yang mereka dengar sehari sebelumnya adalah bunyi ledakan.
“Suaranya seperti bom .. ledakannya sangat keras.” Salah seorang saksi mata, seorang ahli fisika yang diwawancarai Fox News mengatakan, “Aku yakin itu suara bom .. aku sungguh sangat yakin.”
Saksi mata lainnya, Louie Cacchioli (51), seorang petugas pemadam kebakaran yang bertugas di mobil PMK nomor 47 yang sempat muncul di majalah People edisi 24 September 2001 mengisahkan, “Kami yang pertama kali datang ke menara kedua setelah pesawat itu menabraknya. Aku bersama sejumlah rekan-rekanku tengah berada di lantai 24 untuk membantu mengevakuasi para korban. Saat itulah kami mendengar suara ledakan bom.”
Dalam dokumentasi “The Film Makers Commemorative Edition”, sebuah film yang mengisahkan tentang para petugas pemadam kebakaran New York yang dibuat oleh Gedeon dan Jules Naudet, ada petugas PMK yang membeberkan analisa tentang kemungkinan bahwa ada bahan peledak dalam jumlah besar yang ditanam di menara utara dan menara selatan. “Lantai demi lantai satu persatu rontok, ini biasanya terjadi jika bom itu dipasang dengan tujuan merontokkan bangunan itu.” Para petugas pemadam kebakaran itu bukan satu-satunya yang menyadari ada hal yang tidak biasa pada peristiwa runtuhnya menara kembar itu. Sejumlah peliput berita dan reporter siaran langsung juga mulai memberi komentar pada liputannya tentang runtuhnya menara selatan dan menara utara itu.

Masing-masing berusaha memberikan perbandingan bagaimana kedua menara itu perlahan ambruk laksana sebuah penghancuran yang terkendali. mainan yang dikontrol. Satu persatu para reporter memberikan laporan pandangan mata. “Kami mendengar bunyi ledakan keras, dan kini kami melaporkan ledakan kedua.” “Oh kini namapknya ada empat ledakan, atap menara itu baru saja runtuh.”
“Kami mendengar sebuah ledakan besar. Belum diketahui bagaimana ledakan itu bisa terjadi.” Rick Sanchez, yang melaporkan langsung untuk MSNBC, mengatakan, “Aku berbincang dengan beberapa petugas polisi beberapa saat lalu dan mereka mengatakan bahwa mereka yakin bahwa salah satu ledakan di World Trade Center, selain ditabrak pesawat juga berasal dari sebuah van yang diparkir di gedung. Mereka yakin mobil itu memuat sejenis bahan peledak. Dalam kesempatan terpisah ia juga menuturkan bahwa polisi yang tengah menyisir TKP menemukan ‘Obyek mencurigakan’ yang dikhawatirkan akan menimbulkan ledakan lagi. Demikian mencurigakannya ‘obyek’ tersebut hingga orang enggan meyakini bahwa ledakan ini dipicu oleh teroris yang membajak pesawat setelah berhasil mengancam pilot dengan bantuan pisau pemotong kertas (cutter).
Ada rekaman video yang sangat kontroversial yang didapat dari empat sumber berbeda. “America Remembers” (CNN), “Why The Towers Fell” (BBC), “Son of Al Qaeda” (PBS) dan “The Film Makers Commemorative Edition” (Gedeon and Jules Naudet). Rekaman ini juga diperkuat oleh rekaman independen, yaitu rekaman yang dibuat para warga New York.  Dalam rekaman yang ditayangkan CNN terlihat bahwa Pesawat Boeing 757 itu masuk dari sisi kiri dan menerjang sudut menara selatan dengan kecepatan penuh.
Gambar ini sempat tampil di lusinan majalah nasional yang beredar di seluruh negara dan juga menjadi ‘dokumen wajib’ yang menghiasi film-film tentang tragedi 9/11.

Terdapat Burung Berkecepatan Tinggi
Perhatikan gambar yang dilingkari dibawah ini!












Perhatikan ledakan yang terjadi di gedung sebelah kiri, dan bedakan posisi burung dalam sepersekian detik ledakan. Mungkin burung tersebut bisa bersaing dengan jet X-43A milik NASA.

Tidak Ada Bangkai Pesawat Di Indonesia memang banyak terjadi kecelakaan pesawat, mulai dari yang jatuh di air, menabrak gunung, hingga kecelakaan akibat gagal landing atau take off tapi dari semua kecelakaan, pesawat yang menabrak gunung sekalipun (bukan gedung), pasti memiliki bangkai. Anehnya di TKP tragedi WTC, tidak ada bangkai pesawat. Pesawat seperti meledak berkeping-keping. Menurut konfirmasi dari pemerintah Amerika, itu terjadi karena panas akibat ledakan telah melelehkan bangkai pesawat. Anehnya, jika baja dan titanium yang merupakan badan pesawat saja hangus, mengapa para pembajak pesawat masih utuh untuk diketahui pelakunya. ???
















Bukti Bahwa Ada Rudal Yang Menyerang Gedung
Ini adalah deretan foto yang membuktikkan bahwa memang ada rudal yang menyerang gedung. Ini adalah hasil zoom in 3x.































Rumput Yang Bersih
Mobil yang direm mendadak saja akan menimbulkan jiplakan ban, tapi tidak dengan keadaan rumput di pekarangan Pentagon, lihat betapa mulusnya keadaan rumput sekitar. Padahal baru ada pesawat yang jatuh di sana.













Potongan yang Teratur
Berikut ini adalah gambar beam-nya WTC setelah ambruk dan gambar ini membuktikan jika ini semua hanya rekayasa, mana ada bangunan yang roboh (kecuali rekayasa) yang potongan beam-nya serapih ini.













Para Teroris Sebenarnya Masih Hidup
Mengenai ini hanya akan membuat saya seperti membuat artikel baru. Saya hanya akan memberikan link yang menyatakan kalau para pelaku pembajakan masih hidup. Bahkan media berita seperti BBC pun mendukung informasi ini.
http://guardian.150m.com/september-eleven/hijackers-alive.htm
http://911research.wtc7.net/cache/planes/evidence/worldmessenger_alive.html
http://911review.org/Sept11_news/archives/hijackers_Alive_old.html
http://www.infowars.com/articles/terror/bin_laden_video_100_percent_forgery.htm
  
Pelaku Sebenarnya Menurut Teori Konspirasi
Pesawat seharusnya tidak mampu menghancurkan seluruh gedung. Karena pesawat yang ditabrakkan itu tidak mampu menghancurkan seluruh gedung, makanya gedung itu hancur karena building demolition.
Mengenai pesawat yang mereka gunakan, mungkin sudah ditembak duluan sebelum mencapai daratan New York, karena waktu diotopsi tidak ada orang arab yang ditemukan. Hal ini disampaikan menurut http://www.physics911.net/olmsted Teori konspirasi yang berkembang mengatakan bahwa mungkin yang ditabrakkan bukanlah pesawat yang dibajak melainkan pesawat tanpa awak buatan Amerika.



Rabu, 11 Desember 2013

Standar Ganda Media Amerika



Dalam acara dialog 2 hari antar wartawan dari 44 negara di Bali (2/9/2006), presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkritik standar ganda yang diterapkan media Barat (baca: Amerika) dalam memberitakan kaum muslim di berbagai negara. Bagi SBY, ada berita yang sengaja ditutup-tutupi dan ada yang sengaja dibesar-besarkan oleh media Barat.

Kegalauan SBY ini sejalan dengan pendapat Jerry D. Gray (2006) yang mengungkap bahwa media Barat tidak saja menutup-nutupi suatu fakta, tetapi membuat fakta yang sebenarnya tidak terjadi. Menurut mantan US Air Force dan wartawan CNBC Asia tersebut, media Amerika telah banyak membohongi publik Amerika sendiri dan masyarakat dunia untuk meraih kepentingannya sebagai “polisi dunia”.

Contohnya kasus Saddam Hussain (penguasa Irak 25 tahun yang akhirnya dihukum gantung pada 21 Agustus 2004 setelah Negara itu diserang Amerika). Ia tidak pernah memiliki senjata pemusnah massal. Namun, dengan bantuan media korporat Amerika, Bush membohongi publik agar percaya pada informasi tersebut. Kampanye kotor yang dilakukan terhadap mantan presiden Irak itu sedemikian hebatnya, bahkan sekiranya kita bisa membersihkan Saddam dari setiap tuduhan, dunia tetap membenci dan memandangnya sebagai seorang jahat.

Bahkan apa yang pernah dicatat oleh Noam Chomsky (2001) semakin memperkuat kenyataan itu. Penentangan yang pernah dilakukan presiden Lybia Muammar Qaddafi atas Amerika pun dituduh sebagai pembangkangan atas perdamaian internasional. Bahkan Amerika (lewat medianya) menyebut Qaddafi dengan “momok bengis terorisme” dan “anjing gila”. Padahal tak tanggung-tanggung Amerika pernah menenggelamkan kapal Libya di teluk Sidra.


Bagaimana Peran Media?

Yang bisa menggambarkan kenyataan tersebut adalah karena Amerika dan media-medianya punya kepentingan terhadap dunia ini. Dalam catatan Joel Andreas (2004), Amerika sangat lihai berlindung di balik ungkapan ideal. Misalnya, hanya alasan untuk merebut kilang minyak di Timur Tengah yang merupakan dua pertiga cadangan minyak dunia, AS berdalih melindungi Timur Tengah dari ancaman komunis, terorisme, dan sebagainya.

Bukti perubahan sikap karena kepentingan bisa dilihat dari kasus Saddam Hussein dan Osama Bin Laden (Pimpinan Al Qaeda). Saddam Hussein berkuasa atas dukungan AS pada tahun 1963 setelah menggulingkan Raja Irak Abdel Karim Qasim. Tetapi, Saddam Hussein justru menasionalisasi minyaknya dan tidak ingin membaginya bersama AS. Tentu saja AS was-was dan marah. Sampai-sampai Henry Kissinger mengatakan bahwa minyak terlalu penting dikelola bangsa Arab dan Timur Tengah. Akhirnya, Saddam Hussein dengan berbagai cara harus digulingkan. Setelah tahun 1991 tidak berhasil, baru tahun 2003 berhasil dengan menyisakan persoalan yang tidak kunjung usai karena AS justru semakin memperkuat kekuasaanya di Irak. Restrukturisasi yang pernah dijanjikan juga tidak pernah dilakukan.

Apa yang terjadi pada Saddam Hussein, hampir sama dengan yang dialami Osama Bin Laden. Awalnya, ia adalah sekutu Amerika ketika perang melawan Uni Soviet di Afganistan. Tetapi, setelah Uni Soviet keluar dari Afganistan, Osama Bin Laden tidak membela kepentingan AS. Bahkan berusaha memeranginya. Osama tidak suka cara-cara Amerika menguasai dunia, termasuk terlalu “menganakemaskan” Israel. Maka dia kemudian menjadi musuh nomor 1 AS. Apalagi kasus peledakan gedung World Trade Center (WTC) tahun 2001 semakin mengukuhkan AS untuk memerangi terorisme dunia. Artinya, dengan alasan memberantas teroris, AS semakin punya alasan kuat mencengkeram kekuasaannya.

Ambisi AS ini ternyata didukung juga oleh media massanya. Itu dimulai pada tahun 1954. Sebabnya tak lain karena televisi-televisi AS dikuasai oleh perusahaan besar dunia yang punya kepentingan ekspansi bisnis ke negara lain. Sebut saja misalnya NBC oleh GE, CBS oleh Viacom, ABC oleh Disney, Fox oleh Rupert Murdoch’s News Corporation, dan CNN oleh Time Warner. Bahkan dewan direktur mereka juga anggota direksi perusahaan pembuat senjata dan perusahaan lain di dunia. Semua media itu tentu saja mendukung perang AS karena punya kepentingan bisnis di dalamnya.

Jadi jika presiden SBY mengatakan media Barat mempunyai standar ganda sudah bukan menjadi rahasia lagi. Itu tak lain karena media Barat mempunyai agenda tersembunyi yang didukung oleh kebijakan pemerintahnya. Dalam cultural imperialism theory (teori imperialisme budaya) dikatakan bahwa media Barat memang sengaja ingin menyebarkan budayanya lewat berbagai tampilan, berita agar media Timur dan budaya Timur menjadi “Barat”.


Bagaimana Dampaknya?

Dampak nyata dari pemberitaan media Barat tersebut kita akhirnya menjadi “Barat”. Berbagai sikap, perilaku, atribut, tolok ukur kita memakai standar Barat. Misalnya, bagaimana kita menilai seorang perempuan cantik? Biasanya akan memakai standar langsing, kulit kuning atau putih, rambut panjang kalau perlu agak pirang (makanya banyak perempuan Indonesia ramai-ramai rambutnya dipirang), hidung mancung, tubuh semampai yang semua kriteria itu karena faktor budaya Barat yang sudah sedemikian masuk ke pemikiran dan perilaku kita.

Tidak berlebihan jika pakar komunikasi Jalaluddin Rakhmat pernah mengatakan bahwa kita saat ini memiliki dua dunia; dunia nyata dan dunia yang sudah dibatasi oleh kamus memori manusia dan membatasi tentang realitas, yakni newspeak. Dunia nyata adalah dunia apa adanya tanpa pengaruh kamus tertentu berdasar pengamatan kita dalam arti sebenarnya. Sedang dunia newspeak adalah dunia yang diciptakan untuk kepentingan Amerika atas penggunaan kata dan pemberian makna tertentu.

Dengan demikian, media Barat telah menjadi kamus dari apa yang ingin dilakukan oleh negara Barat atas dunia ini. Dunia newspeak telah mempengaruhi pikiran kita, menuntun, dan memberikan kategori tertentu kepada realitas yang kita hadapi sehari-hari. Dunia newspeak juga tanpa sadar telah mengarahkan kita untuk berbuat dan tidak berbuat sesuai “kamus” tersebut. Kita menjadi baik dan tidak baik juga bisa karena “kamus” itu.

Melihat kenyataan tersebut tak ada cara lain media massa kita harus melakukan rekonstruksi peristiwa yang disajikan media Barat. Artinya, tidak semua yang berasal dari Barat harus diterima dan ditelan mentah-mentah. Muatan-mutan lokal meskipun seringkali masih dipahamai sebagai “yang belum modern” lebih berguna untuk melawan hegemoni dunia newspeak tersebut. Mengirim wartawannya ke luar negeri meskipun menjadi kebanggaan media, bukan sesuatu yang hebat bagi masyarakat perkembangan Indonesia di masa datang. Sebab tak sedikit diantara mereka yang tidak melakukan investigasi ke lapangan, tetapi hanya sekadar mengutip dari koran-koran dimana dia berada. Lalu apa bedanya dengan mengutip dari kantor berita luar negeri?

Agaknya kita perlu belajar dari kode etik koran The New York Times yang sudah berumur 100 tahun lebih dan telah mengawal 20 presiden Amerika dan mempunyai reputasi baik dibanding koran Amerika yang lain, “All members of the news staff of the New York Times share a common and essensial interets in protecting the integrity of the newspaper” Integritas, kemampuan dan reputasi itulah yang penting. Artinya, kepercayaan pembaca adalah nomor satu.

Sumber: mikeportal











: