Translate

Minggu, 05 Mei 2013

GAYO LUES DARI MASA KE MASA


Gayo memiliki cerita masa lalu yang sangat menarik untuk kita ketahui,karana di dalamnya terkandung makna perjuangan,tatanan dan nilai moral yang luhur serta tentunya rasa bangga kita sebagai bagian dari suku Gayo yang megah.
Adalah suatu hal yang penting bagi kita(terutama generasi muda) untuk mengetahui sejarah perjuangan suku kita.

Oleh karna hal tersebut untuk kali ini,penulis (nasrul arta) akan mengupas tentang :

-GAYO LUES PADA ZAMAN KERAJAAN ACEH

-PERANAAN DAERAH GAYO LUES DALAM PERANG ACEH

-EKSPEDISI BELANDA KE DAERAH GAYO LUES 

-GAYO LUES PADA ZAMAN BELANDA

-GAYO LUES PADA ZAMAN JEPANG


Untuk pembahasan pertama,akan kita bahas tentang : 

1.       GAYO LUES PADA ZAMAN KERAJAAN ACEH

Daerah Gayo dan Alas yang terletak di pedalaman Aceh, sebelum pemerintahan Sultan Iskandar Muda bertahta,masih memerintah secara otonom dan boleh dikatakan berdiri sendiri. Tetapi Sultan Iskandar Muda yang berhasil menguasai sebagian besar pulau sumatra dan sebagian Malaya, berpendapat alangkah baiknya kalau kedua daerah tersebut (Gayo dan Alas) dimasukkan ke dalam kerajaan Aceh.
Gayo dan Alas dibagi atas beberapa daerah yang di sebut Kejurun.Kepada Kejurun diberikan sebuah Bawar, pedang semacam tongkat komando  sebagai pengganti surat keputusan hitam di atas putih.kalau kepada suatu daerah di daerah Aceh yang berbahasa ibu,bahasa aceh yang baru di akui diberi surat keputusan hitam di atas putih, yang disebut SARAKATA,maka kepada daerah Gayo dan Alas diberi Bawar dengan pertimbangan di daerah Gayo dan Alas belum biasa baca tulis dan belum biasa berbahasa aceh/melayu.
Daerah Gayo dan Alas dibagi atas delapan daerah kejurun,enam kejurun di daerah Gayo dan dua di Tanah Alas.

Pada awalnya Kejurun yang diakui adalah empat di Gayo dan satu di Alas,yakni :

1.Kejurun Bukit
Berkedudukan di Bebesen kemudian dipindahkan ke Kebayakan


2.Kejurun Linge
Berkedudukan di Linge-Isak

3.Kejurun Syiah Utama
Berkedudukan di kampung Nosar

4.Kejurun Patiambang
Berkedudukan di kampung Penampaan

5.Kejurun Batu Mbulan ( di tanah Alas )
Berkedudukan di Batu Mbulan

Kemudian Dibentuk lagi dua Kejurun di gayo dan satu di tanah alas
6.Kejurun Bebesen
Berkedudukan di Bebesen

7.Kejurun Abok
Berkedudukan di Serba Jadi

8.Kejurun Bambel ( di tanah Alas )
Berkedudukan di Bambel



Untuk penjelasan tentang masing-masing Kejurun dan gambaran tentang kampung-kampung yang ada  akan di bahas pada bagian ke 2.

Note :
Bagi yang mau copy paste harap melampir kan sumber


Trimaksih

Nasrul Arta



Jumat, 03 Mei 2013

TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER

Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 Hektar yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya,Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.
Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh.

Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :
a. perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

 Gunung Leuser terdiri dari gabungan:
  1. Suaka Margasatwa Gunung Leuser  : 416.500 hektare
  2. Suaka Margasatwa Kluet  : 20.000 hektare
  3. Suaka Margasatwa Langkat Barat  : 51.000 hektare
  4. Suaka Margasatwa Langkat Selatan  : 82.985 hektare
  5. Suaka Margasatwa Sekundur  : 60.600 hektare
  6. Suaka Margasatwa Kappi  : 142.800 hektare
  7. Taman Wisata Gurah  : 9.200 hektare
  8. Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas  : 292.707 hektare 
 Hampir seluruh kawasan ditutupi oleh lebatnya hutan Dipterocarpaceae dengan beberapa sungai dan air terjun. Terdapat tumbuhan langka dan khas yaitu daun payung raksasa (Johannesteijsmannia altifrons), bunga raflesia (Rafflesia atjehensis dan R. micropylora) serta Rhizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar dengan diameter 1,5 meter. Selain itu, terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan pencekik.

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional antara lain mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar (Cervus unicolor), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis sumatrana).

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.[2]
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.


Orangutan (Pongo abelii)

Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatra hidup dan endemik terhadap Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Mereka lebih kecil daripada orangutan Kalimantan. Orangutan Sumatra memiliki tinggi sekitar 4.6 kaki dan berat 200 pon. Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.

 



Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)

Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.
Gajah sumatra adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 m pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan dpt memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.



Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis)

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis ) adalah satu-satunya badak Asia dengan dua cula. Badak Sumatera juga dikenal memiliki rambut terbanyak dibandingkan seluruh sub-spesies badak di dunia, sehingga sering disebut hairy rhino (badak berambut). Ciri-ciri lainnya adalah telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau kemerahan - sebagian besar ditutupi oleh rambut dan kerut di sekitar matanya.

Habitat badak Sumatera mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan, meskipun umumnya satwa langka ini sangat menyukai hutan dengan vegetasi yang sangat lebat. Badak Sumatera adalah penjelajah dan pemakan buah (khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil, dan kulit kayu. Mereka lebih menyukai dataran rendah, khususnya di hutan-hutan sekunder di mana banyak tedapat sumber makanan yang tumbuh rendah. Badak Sumatera hidup di alam dalam kelompok kecil dan umumnya menyendiri (soliter).
Badak Sumatera adalah badak yang memiliki ukuran terkecil dibandingan semua sub-spesies badak di dunia. Saat ini populasinya diperkirakan kurang dari 300 ekor.
Selama bertahun-tahun, perburuan badak Sumatera untuk diambil culanya maupun bagian-bagian tubuh lainnya - biasanya dipercaya sebagai bahan obat tradisional - telah berakibat pada semakin berkurangnya populasi satwa tersebut. Saat ini, hilangnya habitat hutan menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup badak Sumatera yang tersisa.






: