Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh.
Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,pariwisata, dan rekreasi.
Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :
a. perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Gunung Leuser terdiri dari gabungan:
- Suaka Margasatwa Gunung Leuser : 416.500 hektare
- Suaka Margasatwa Kluet : 20.000 hektare
- Suaka Margasatwa Langkat Barat : 51.000 hektare
- Suaka Margasatwa Langkat Selatan : 82.985 hektare
- Suaka Margasatwa Sekundur : 60.600 hektare
- Suaka Margasatwa Kappi : 142.800 hektare
- Taman Wisata Gurah : 9.200 hektare
- Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas : 292.707 hektare
Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional
antara lain mawas/orangutan (Pongo abelii), siamang (Hylobates
syndactylus syndactylus), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus),
badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kambing hutan (Capricornis
sumatraensis), rangkong (Buceros bicornis), rusa sambar
(Cervus unicolor), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis
sumatrana).
Harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatra hidup dan endemik terhadap Sumatra, sebuah pulau yang terletak di Indonesia. Mereka lebih kecil daripada orangutan Kalimantan.
Orangutan Sumatra memiliki tinggi sekitar 4.6 kaki dan berat 200 pon.
Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.
Gajah sumatra adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 m pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan dpt memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis)
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis ) adalah satu-satunya badak Asia dengan dua cula. Badak Sumatera juga dikenal memiliki rambut terbanyak dibandingkan seluruh sub-spesies badak di dunia, sehingga sering disebut hairy rhino (badak berambut). Ciri-ciri lainnya adalah telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau kemerahan - sebagian besar ditutupi oleh rambut dan kerut di sekitar matanya.
Habitat badak Sumatera mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan, meskipun umumnya satwa langka ini sangat menyukai hutan dengan vegetasi yang sangat lebat. Badak Sumatera adalah penjelajah dan pemakan buah (khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil, dan kulit kayu. Mereka lebih menyukai dataran rendah, khususnya di hutan-hutan sekunder di mana banyak tedapat sumber makanan yang tumbuh rendah. Badak Sumatera hidup di alam dalam kelompok kecil dan umumnya menyendiri (soliter).
Badak Sumatera adalah badak yang memiliki ukuran terkecil dibandingan semua sub-spesies badak di dunia. Saat ini populasinya diperkirakan kurang dari 300 ekor.
Selama bertahun-tahun, perburuan badak Sumatera untuk diambil culanya maupun bagian-bagian tubuh lainnya - biasanya dipercaya sebagai bahan obat tradisional - telah berakibat pada semakin berkurangnya populasi satwa tersebut. Saat ini, hilangnya habitat hutan menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup badak Sumatera yang tersisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar