Kekesalan masyarakat dunia sepertinya semakin memuncak. Keberpihakan
Amerika Serikat (AS) secara terang-terangan terhadap aksi brutal Israel
di Gaza semakin membuka mata dunia, AS memang telah gelap mata untuk
mendukung Israel dengan membabi buta. Obama, sang presiden baru yang
awalnya memberikan harapan besar, ternyata menunjukkan belangnya. Ia
adalah pendukung berat Israel. Hal ini memang tidak terlepas dari
kenyataan, bahwa setiap presiden AS, siapa pun, selalu menjadi pembela
Israel. Inilah yang menunjukkan kejumawaan Amerika. Pasca keruntuhan
Uni Sovyet, Amerika seperti tidak ada tanding. Peta politik dunia
bergeser ke unipolaritas. Kedigdayaan Amerika jelas bukan untuk
kemuliaan umat manusia, namun demi memenuhi keserakahan nafsu
imperialismenya. Pertanyaannya, sampai kapan Amerika berjaya? Bisakah
Amerika dihancurkan? Pilar kekuatan Amerika berasal dari ideologi yang
diembannya, yakni ideologi Kapitalisme. Perwujudan ideologi tampak dalam
kepentingan nasional Amerika yang diimplementasikan dalam pilar
politik, ekonomi dan militer—walaupun aspek sosial-budaya juga tidak
bisa diabaikan.
Politik Amerika
Politik Amerika Serikat tentu berpijak pada kepentingan nasionalnya.
Anthony Lake menggariskan tujuh aspek kepentingan nasional Amerika
Serikat pasca Perang Dingin, yaitu: (1) mempertahankan Amerika Serikat,
warga negaranya di dalam dan luar negeri, serta para sekutunya, dari
berbagai bentuk serangan langsung; (2) mencegah timbulnya agresi yang
dapat mengganggu perdamaian internasional; (3) mempertahankan
kepentingan ekonomi Amerika Serikat; (4) menyebarluaskan nilai-nilai
demokrasi; (5) mencegah proliferasi senjata nuklir; (6) menjaga rasa
percaya dunia internasional terhadap Amerika Serikat; (7) memerangi
kemiskinanan, kelaparan dan pelanggaran terhadap HAM (Lake, 1995).
Ekonomi Amerika
Amerika Serikat sebagai sebuah negara kapitalis yang maju mendasarkan
sistem kapitalisnya pada market economy (ekonomi pasar).
Politik-ekonomi Amerika dibangun berdasarkan premis, bahwa tujuan utama
aktivitas ekonomi adalah untuk menguntungkan konsumen serta
memaksimalkan penciptaan kesejahteraan, sementara distribusi
kesejahteraan merupakan tujuan berikutnya. Karena itu, ekonomi Amerika
menggunakan pendekatan model neoklasik, yaitu ekonomi pasar (market
economy) yang kompetitif. Dengan model ini, individu diharapkan dapat
memaksimalkan kepentingan pribadi mereka dalam mencapai kesejahteraan,
dengan memaksimalkan kepentingan pribadi mereka, dan korporasi bisnis
diharapkan memaksimalkan pencapaian keuntungan (Gilpin, 1987: 150-151).
Ekonomi Amerika Serikat ialah salah satu yang terpenting di dunia.
Banyak negara telah menjadikan dolar Amerika Serikat sebagai tolok ukur
mata uangnya. Artinya, berharga-tidaknya mata uang mereka ditentukan
oleh dolar. Sejumlah negara menggunakan dolar sebagai mata uangnya.
Bursa saham Amerika Serikat dipandang sebagai indikator ekonomi dunia.
Dengan perekonomian yang kuat, Amerika Serikat mengalokasikan dana
sebesar $399.1 miliar untuk anggaran militernya.
(www.abacci.com/wikipedia/default/aspx).
Militer Amerika
Postur militer Amerika Serikat menggambarkan sebuah negara ideologis.
Dalam U.S. Army’s 2007 Posture Statement digambarkan bahwa Amerika
memiliki hampir 600,000 tentara aktif A. Lebih dari 40% (sekitar
243,000) tersebar di 76 negara dunia. Sekitar 102.000 tentara di
antaranya ada di Irak, 8000 tentara di Kuwait, 18.000 tentara di
Afganistan (U.S. Army TRADOC G2 Handbook No. 1 (Version 5.0) A Military
Guide to Terrorism in the Twenty-First Century). Dari segi peralatan
perang, Amerika Serikat sampai tahun 2005 memiliki kurang lebih 510
rudal balistik dengan total sekitar 1100 hulu ledak aktif (warhead) dan
45 hulu ledak cadangan; dengan jarak jangkauan antara 9,600 km hingga
13,000 km. Amerika Serikat juga memiliki kurang lebih 328 rudal balistik
yang dapat diluncurkan dari kapal selam atau kapal perang dengan total
sekitar 3014 hulu ledak aktif (warhead) dan 170 hulu ledak cadangan
dengan jarak jangkau 7,400 km hingga 12,000 km (dari posisi kapal
selam/kapal perang) yang menggusung rudal tersebut. Selain itu, menurut
laporan tahun 2003, Amerika Serikat merupakan negeri penjual utama
persenjataan (US$ 12,1 miliar) di tingkat internasional, disusul Inggris
(US$ 6,1 miliar), Rusia (US$ 3,7 miliar), Jerman (US$ 3,2 miliar) dan
Prancis (US$ 2,9 miliar). (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/28 /opini/1777489.htm).
Hegemoni Amerika
Amerika akan tegak sebagai sebuah negara kalau tiga pilar di atas
(politik, ekonomi dan militer) masih kokoh. Selama dunia masih menginduk
kepada Amerika dalam tiga pilar tersebut, negara Amerika masih tetap
kokoh. Tidak ada jalan lain untuk menghentikan hegermoni AS, kecuali
dengan menolak dan tidak menerapkan sistem ideologi Kapitalisme. Hal
penting pertama adalah bagaimana mengungkap keburukan dari Amerika
Serikat. Sebenarnya sudah sangat kentara, bahwa Amerika Serikat saat ini
telah menunjukkan kebobrokannya. Keberpihakan tanpa alasan rasional
terhadap Israel, standar ganda dalam penilaian HAM dan demokratisasi,
eksploitasi ekonomi atas negara-negara Dunia Ketiga, kebobrokan moral
warganya dan masih banyak lagi cacat dari Amerika Serikat semestinya
cukup menjadi alasan untuk mencampakkan apa yang selama ini dianggap
prestasi oleh Amerika. Sebagai contoh, akibat Perang Teluk tahun 1991
saja, di Irak korban langsung yang meninggal diperkirakan berjumlah
antara 100-120 ribu jiwa, termasuk 3500-12000 korban sipil. Korban tak
langsungnya, yang meninggal karena penyakit yang diakibatkan perang,
diperkirakan mencapai 100 ribu. Belum lagi angka kematian bayi pasca
perang (1991-1994) yang meningkat 600 persen dan angka kelahiran bayi di
bawah normal yang meningkat 500 persen. Bahkan menurut catatan resmi
statistik pemerintah Irak, sebanyak kira-kira 1,6 juta rakyat Irak telah
meninggal dunia akibat embargo ekonomi pimpinan Amerika Serikat yang
telah berlangsung 11 tahun (Eramuslim.com).
Membangun Negara Baru: Khilafah Islam
Amerika Serikat memang mungkin akan runtuh dengan sendirinya dengan
kebobrokan ideologi Kapitalisme yang dianutnya. Uni Sovyet telah menjadi
contoh bagaimana sebuah negara ideologis yang besar bisa luluh-lantak
tak bersisa. Namun keruntuhan Uni Sovyet juga tidak terlepas dari
berkembangnya ideologi alternatif di sana. Ketika Michael Gorbachev
mengusung Glasnot, Perestroika dan Democratizatie, ideologi negara
mendapatkan tandingannya secara internal. Akhirnya, Komunisme
tergerogoti dan ambruk setelah loyalitas rakyat dan militer beralih.
Model seperti ini pun mungkin dapat dilakukan untuk meruntuhkan Amerika
Serikat. Amerika bisa runtuh secara internal seperti runtuhnya Uni
Sovyet atau bisa dihancurkan oleh kekuatan eksternal, seperti hancurnya
kekuasaan Romawi dan Persia pada masa lampau. Untuk itu, ada beberapa
langkah yang harus dilakukan umat Islam saat ini.
Pertama: Perlu ditanamkan kesadaran ideologis di kalangan umat Islam.
Artinya, umat Islam perlu melakukan semacam “revisi” terhadap akidah
yang dipeluknya. Sebab, selama ini mereka hanya memahami akidah Islam
sebatas sebagai keyakinan spiritual semata, dan tidak sekaligus
menjadikannya sebagai akidah politik. Akibatnya, mereka hanya responsif
terhadap persoalan-persoalan ritual semata, dan bergeming terhadap
persoalan-persoalan politik, ekonomi, sosial dan sejenisnya yang mendera
umat. Pada gilirannya, mereka menjadi tidak sadar dengan berbagai
manuver politik maupun ekonomi yang dilakukan negara-negara besar
seperti Amerika Serikat yang justru setiap waktu mengancam eksistensi
mereka.
Kedua: Melepaskan ketergantungan secara ekonomi, politik dan militer terhadap Amerika Serikat.
Ketiga: Menggalang rasa marah dan kebencian kaum Muslim terhadap
Amerika Serikat dan aliansi negara-negara kafir. Amerika Serikat mesti
dipandang sebagai musuh umat Islam karena telah menjajah negeri-negeri
Islam. Amerika Serikat harus dituntut untuk bertanggung jawab atas
berbagai penderitaan yang dialami oleh kaum Muslim di berbagai negeri
Islam akibat imperialismenya yang sangat menjijikkan dan busuk.
Keempat: Memaksa umat Islam di berbagai negeri untuk menanggalkan
ikatan-ikatan nasionalisme, patriotisme, primordialisme, sektarianisme
dan kedaerahan; menempatkan kembali ikatan ukhuwah islamiyah pada
tempatnya; menyadarkan kaum Muslim akan potensi/kekuatan mereka sebagai
kekuatan yang bisa mengikat mereka; menyadarkan mereka bahwa salah satu
sebab utama kelemahan mereka adalah karena mereka tidak terikat dengan
Islam.
Kelima: Menjelaskan hakikat persoalan-persoalan hangat kaum Muslim
seperti kasus Palestina, Kosovo, Irak, Sudan, Aljazair, Afganistan,
Tajikistan, Chechnya, Azerbaijan, Filipina, Indonesia, Malaysia,
negeri-negeri Arab lain, dll. Semua itu dijelaskan fakta-faktanya dan
solusi penyelesaiannya sesuai dengan hukum-hukum syariah.
Keenam: Pengembangan opini umum tentang urgennya keberadaan Khilafah
Islamiyah sebagai institusi yang akan melindungi dan mengayomi seluruh
kaum Muslim. Dengan itu, umat Islam akan merasa berkepentingan untuk
bersama-sama mewujudkannya dalam realitas kehidupan mereka. Sebab, hanya
intitusi Khilafah Islamiyahlah—sebagaimana telah dibuktikan
berabad-abad—yang mampu melindungi dan mengayomi umat Islam dari
serangan dan intimidasi negara-negara kafir.
Potensi Umat Islam
Untuk dapat mengalahkan Amerika Serikat, negara yang telah berdiri
haruslah menjadi negara yang dapat menandingi Amerika Serikat. Karena
Amerika Serikat adalah negara ideologis, maka Amerika hanya bisa
dikalahkan oleh negara ideologis. Tentu bukan negara yang berbasiskan
ideologi Sosialisme. Sebab, walau pernah ‘menandingi’ Amerika Serikat,
pengemban utama Sosialisme, yakni Uni Sovyet, akhirnya runtuh juga.
Karena itu, yang bisa diharapkan muncul sebagai kekuatan untuk
mengalahkan Amerika Serikat adalah Dunia Islam. Pasalnya, hanya Dunia
Islamlah saat ini yang memiliki seluruh potensi untuk menghentikan
hegemoni Amerika Serika.
Pertama: Potensi ideologis. Islam sebagai ideologi kaum Muslim
menjadi potensi kuat untuk menandingi ideologi Kapitalisme yang diemban
Amerika Serikat. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh Samuel Huntington
dalam bukunya, The Clash of Civilitation and the Remaking of World
Order. Dalam bukunya itu, Huntington menulis, “Problem mendasar bagi
Barat bukanlah Fundamentalisme Islam, tetapi Islam sebagai sebuah
peradaban yang penduduknya meyakini ketinggian kebudayaan mereka dan
dihantui oleh rendahnya kekuataan mereka.”
Kedua: Potensi geografis. Kaum Muslim secara geografis menempati
posisi yang strategis jalur laut dunia. Mereka mengendalikan Selat
Gibraltar di Mediterania Barat, Terusan Suez di Mediterania Timur, Selat
Bab al-Mandab yang memiliki teluk-teluk kecil di Laut Merah, Selat
Dardanella dan Bosphorus yang menghubungkan jalur laut Hitam ke
Mediterania, serta Selat Hormuz di Teluk. Selat Malaka merupakan lokasi
strategis di Timur Jauh. Dengan menempati posisi yang strategis ini,
kebutuhan masyarakat internasional akan wilayah kaum Muslim pastilah
tinggi mengingat mereka harus melewati jalur laut strategis tersebut.
Ketiga: Potensi SDA. Negeri-negeri Islam dianugerahi Allah Swt.
Dengan kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa jumlahnya. Negeri-negeri
Islam dikenal sebagai wilayah yang subur. Sumberdaya alam kedua yang
penting adalah bahan mentah. Dunia Islam mengendalikan cadangan minyak
dunia (60%), boron (40%), fosfat (50%), perlite (60%), strontium (27%),
dan timah (22%). Di antara bahan mentah tersebut, minyak memiliki posisi
yang sangat strategis. Kekuatan minyak ini pernah ditunjukkan oleh
negeri-negeri Arab dalam embargo minyak tahun 1973-1974 terhadap
negara-negara Barat. Embargo tersebut mampu menimbulkan keguncangan
ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara Eropa saat itu.
Keempat: Potensi jumlah penduduk. Kalaulah umat Islam bersatu di
seluruh dunia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah, jumlah
penduduknya tentu sangat luar biasa. Saat Dunia Islam masih “tidur” saja
jumlah penduduknya lebih kurang 1 miliar atau 20% dari populasi dunia.
Kelima: Potensi militer. Harus diakui bahwa saat ini industri militer
Dunia Islam dalam keadaan mundur bahkan mengalami ketergantungan
terhadap musuh-musuhnya. Akan tetapi, secara kuantitas jumlah pasukan
militer di Dunia Islam sangat besar. Seandainya, dari satu miliar
penduduk Dunia Islam direkrut 1 %-nya saja akan didapat 10 juta tentara.
Karena itu, dapat dibayangkan jika mobilisasi pasukan militer ini
dilakukan oleh sebuah negara, apalagi negara yang bersifat internasional
seperti Daulah Khilafah Islamiyah. Itulah beberapa potensi besar yang
dimiliki oleh umat Islam saat ini. Dengan potensi ideologis dan
faktor-faktor penunjang tersebut, umat Islam berpeluang kembali untuk
menjadi sebuah kekuatan yang sangat besar dan dahsyat, yang akan mampu
mengimbangi, bahkan menghancurkan hegemoni Amerika Serikat saat ini. Hal
itu hanya mungkin terjadi jika kaum Muslim berada dalam satu institusi
yang menjadi naungannya, yakni Daulah Khilafah Islamiyah.
Khilafahlah yang Akan Menghentikan Hegemoni Amerika
Sebagai negara ideologis, Khilafah Islam akan menjadi negara yang
propagandis dan progresif menawarkan ideologinya ke seluruh dunia. Islam
sebagai rahmatan lil ’alamin akan menjadikan Negara Islam menjadi
negara dakwah. Jihad akan menjadi pilihan jika tawaran simpatik Khilafah
Islam ditolak dengan gelap mata. Tentu jihad akan dilancarkan dengan
akan berpijak pada ketentuan syariah Islam yang mulia, sebagaimana dulu
dicontohkan oleh para Sahabat dan para Tokoh Islam, seperti Salahuddin
al-Ayubi dan Muhammad al-Fatih. Dengan penerapan Islam oleh Khilafah,
keadilan di tengah-tengah manusia akan terasa nyata, bukan utopia lagi
seperti saat ini. Jika Khilafah telah mengumumkan jihad fi sabilillah
dan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh dunia maka ide-ide dan
hukum-hukum Islam akan dapat tersebar luas di segala penjuru dunia.
Ide-ide Islam pun akan memenuhi benak para pemikir dan intelektual.
Kemudian, jika Khilafah telah menjalankan kewajiban jihadnya itu,
seluruh media massa dunia akan meliput dan menyiarkannya secara luas dan
menyedot perhatian umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar