Proses fusi
dalam bintang-bintang ini terus mengubah hidrogen menjadi helium. Ketika
persediaan hidrogen habis, maka helium mulai terbakar untuk membentuk elemen
yang lebih berat. Reaksi penyatuan ini akan terus berlangsung untuk memberi
tenaga kepada bintang sampai seluruh intinya berubah menjadi besi. Besi tidak
dapat melewati proses fusi untuk membentuk elemen yang lebih berat sehingga
bahan bakar nuklir di bintang itu pun habislah.
Kecepatan
bintang membakar persediaan nuklir tergantung pada masanya. Sebagai bintang
bermassa sedang, Matahari kita masih belum sampai separuh jalan dalam fase
pertama evolusi bintang. Matahari telah membakar hidrogen selama 5 milyar tahun
dan masih akan berpijar mantap hingga 5 milyar tahun berikutnya. Sebaliknya,
bintang-bintang bermassa besar (sekitar 10 kali massa matahari) akan membakar
persediaan hidrogennya dengan kecepatan hingga 1000 kali kecepatan proses
serupa pada bintang sekelas Matahari. Bintang semacam ini akan menghabiskan
bahan bakarnya dalam tempo kurang dari 100 juta tahun.
Nasib yang
disediakan bagi masing-masing tipe bintang ini di akhir hidupnya juga berbeda.
Bintang sekelas Matahari akan mengakhiri hidupnya dalam sebuah proses evolusi
yang lambat. Ketika persediaan hidrogennya mulai berkurang, teras bintang akan
menyusut. Penyusutan itu akan menghasilkan lebih banyak energi yang menyebabkan
terhentinya penyusutan, dan bintang bersangkutan akan mulai mengembang. Bintang
itu akan terus membengkak hingga menjadi sebuah bintang raksasa merah (red giant).
Helium yang
terbentuk dalam proses fusi bintang itu semasa hidupnya akan membeku dan
membuatnya lebih mengembang. Menjelang habisnya helium, bintang tersebut akan
menjadi labil. Ia akan melepas lapisan luarnya dan sisanya akan runtuh kedalam.
Bintang itu akan mulai berkontraksi dan menjelma menjadi bintang kerdil putih
(white dwarfs), yang berukuran kira-kira sebesar Bumi namun dengan kerapatan
yang sangat tinggi. Bintang tersebut akan mengalami tahapan ini sampai suatu
saat produksi energi benar-benar terhenti dan bintang itu akan menemui ajalnya
sebagai sebuah bintang mati yang dingin dan gelap.
Bintang-bintang
bermassa besar akan mengakhiri hidupnya secepat ia membakar persediaan
hidrogennya. Dalam tempo beberapa detik setelah bahan bakar nuklirnya habis,
sebuah reaksi nuklir yang lebih eksotik segera berlangsung untuk
mengantarkannya sebagai sebuah supernova.
Nasrul Arta : seputarantariksa.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar