Translate

Rabu, 17 April 2013

SELANDIA BARU : NEGARA MAJU BERBASIS PERTANIAN

Kesuksesan Selandia Baru sebagai Negara Petani dan Peternak semata-mata karena kesadaran masyarakat untuk mencintai potensi yang dimilikinya, serta didukung oleh kemudahan perizinan usaha yang menempati urutan ke-2 dari 195 negara sedunia.
Negara subtropis yang memiliki kesan segar dan indah ini mempunyai kondisi geografis yang mirip dengan Indonesia. Selandia Baru, dikenal dengan nama New Zealand di mancanegara, memiliki hamparan lahan berbukit dan landai. Negara ini merupakan contoh nyata salah satu negara yang berhasil memajukan kehidupan petani dan peternak, serta sukses mengolah berbagai industri yang berkaitan dengan pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan.
Selandia Baru memiliki luas wilayah kedaulatan seluas 268,680 km2,memiliki jumlah populasi 4.430.400 jiwa. Negara ini terbagi menjadi dua pulau yaitu Utara dan Selatan dengan bentuk permukaan yang menyerupai pulau Sulawesi dan Jawa. Selandia Baru merupakan negara maju dengan kontribusi hasil pertanian, perternakan dan perkebunan sebesar 4,8% dari total Produk Domestik Bruto per kapita (CIA World Factbook 2012). Jika diteliti lebih lanjut persentase tersebut terlihat kecil, namun yang mengagumkan, jika dilihat dari persentase komoditi ekspor, produk-produk hasil pertanian, perikanan, perkebunan merupakan kekuatan utama dalam mendatangkan devisa. Hampir 50% komoditas ekspor Selandia Baru berasal dari industri pertanian yang diekspor ke negara-negara tetangga seperti Australia, Amerika, China, Jepang dan Inggris.
Tabel 1. Perbandingan Antara Indonesia dan Selandia Baru (Wijaya, 2009)
 

Peternakan
Negara ini memiliki hampir 13.000 peternakan sapi, baik skala kecil milik perorangan hingga yang besar. Hampir sepertiga luas negara merupakan daerah peternakan. Tak heran ekspor produk susu menjadi salah satu pemasukan terbesar negara.
Hampir semua peternakan menggunakan model peternakan padang rumput (ranch). Pengelolaan rumput dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh musim, jenis rumput, luas lahan, pemupukan dan faktor kesuburan tanahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan padang rumput sudah diketahui secara luas oleh peternak karena dukungan infrastruktur dan hasil riset yang telah lama dilakukan (Prabowo 2004)
Metode peternakan untuk biri-biri, sapi potong maupun sapi perah tidak jauh berbeda dengan peternak sapi di Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu dengan cara penggembalaan di padang rumput yang dimiliki oleh peternak yang dikelilingi oleh kawat yang dialiri listrik tegangan rendah. Hasil utama industri peternakan Selandia Baru terdiri dari daging  berkualitas, bahan wol dari bulu domba, mentega, margarin, telur ayam, susu perah dan keju. Peternak di Selandia Baru hanya memiliki hari libur sebanyak 4 hari (Hari Raya Natal dan Paskah, Hari Buruh, dan Ulang Tahun Ratu Inggris) sehingga mereka bekerja hampir sepanjang tahun termasuk saat musim panas dan musim dingin.



Perkebunan
Zaitun, Apel, Anggur, dan Kiwi menjadi komoditas hortikultura yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Selandia Baru. Dengan memadukan potensi keindahan alamnya, petani perkebunan dan pemilik kebun menjadikan perkebunan mereka sebagai objek wisata. Banyak restoran yang menyajikan produk dengan bahan baku yang diambil langsung dari kebun mereka. Cara ini tentu saja menarik banyak wisatawan untuk berkunjung.
Perikanan
Pemerintah Selandia Baru memiliki kebijakan yang ketat dalam sektor perikanan. Pemerintah menetapkan kuota terhadap hasil tangkapan nelayan lokal sebagai bentuk manajemen sumber daya kelautan, dan juga berbagai inspeksi dan karantina terhadap kapal asing yang beroperasi di perairan Selandia Baru untuk mencegah terjadinya penangkapan berlebihan terhadap hasil laut dan satwa flora dan fauna asing yang mungkin terbawa dan menjadi hama pengganggu ekosistem kelautan dan darat.
Pemerintah memberikan penyuluhan secara merata dan jelas kepada para petambak dan nelayan, dan juga memberlakukan kontrol harga perikanan yang ketat melalui policy recommended retail price, atau harga eceran resmi rata-rata dengan perbedaan kurang lebih 10%. Hal ini menjamin nelayan dan petambak tetap mendapatkan keuntungan dan berkiprah di bidangnya. Dari sekian banyak hasil laut dan tambak, produk hasil laut Selandia Baru yang terkenal ialah, kerang cangkang hijau, ikan salmon, tiram Pasifik asal Asia, dan Abalone.
Perekonomian Selandia Baru
Perekonomian negara Selandia Baru bertumpu pada perdagangan hasil laut sejak abad ke-19. Pada awal tahun 1970-an Selandia Baru mengalami kemerosotan perekonomian yang sangat drastis, keadaan ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak yang berakibat pada berkurangnya permintaan dunia terhadap barang-barang primer Selandia Baru dan tersendatnya akses Selandia Baru ke dalam pasar Inggris setelah terbentuknya Uni Eropa.
Standar kehidupan di Selandia Baru mengalami kejatuhan menjadi di bawah Australia dan Eropa Barat, dan pada tahun 1982 Selandia Baru memiliki pendapatan per kapita yang paling rendah di antara negara-negara maju yang disurvey oleh Bank Dunia. Sejak tahun 1984, pemerintah-pemerintah penerus di Selandia Baru berurusan dengan restrukturisasi ekonomi makro (yang pada mulanya dikenal sebagai Rogernomics dan kemudian berubah menjadi Ruthanasia), secara cepat mengubah Selandia Baru dari ekonomi yang sangat proteksionis menjadi ekonomi pasar bebas.
Walaupun Selandia Baru sangat bergantung kepada perdagangan internasional. Sehingga Selandia Baru rentan terhadap harga-harga komoditas internasional dan resesi global. Namun, sektor pertanian, hortikultura, perikanan, kehutanan, dan pertambangan, yang berasal dari sumber daya alam (SDA) unggulan di negara ini mampu menjadi industri penting yang mendunia. (RAP)


 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

: